Dengan memanjatkan puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Psikologi tentang PERAWatan Pasien Usia Lanjut dengan Gangguan Mental
Dalam usaha penyusunan Asuhan Keperawatan ini penulis tidak terlepas dari kesulitan-kesulitan namun berkat dorongan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak maka pembuatan Asuhan Keperawatan ini dapat diselesaikan. Unutuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada I Made Sudiarsa S.Km selaku Dosen pembimbing dan pengarahan kepada penulis dalam pembuatan Asuhan Keperawatan dan semua teman-teman serta keluarga yang telah membantu menyelesaikan penyusunan Asuhan Keperawatan ini.Penulis berharap semoga Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan apabila ada keslahan penulis mohon saran dan kritiknya, terima kasih.
Semarang, September 2008
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Banyak teori yang telah dianjurkan untuk mencoba menerangkan tentang fisiologik pada usia lanjut hanya menunjukkan manifestasi dari proses menjadi tua, tetapi bukan. Penyebab dari proses menua itu, karena perubahan jasmani yang khas pada sebagian besar usia lanjut, penyelesuaian tertentu diperlihatkan pula dalam pola hidup mereka.
B.TUJUAN
1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Klien dengan Usia Lanjut
2.Tujuan Khusus
a.Untuk melengkapi Tugas Psikologi pada semester satu
b.Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Kien dengan Usia Lanjut
c.Pengertian
d.Bentuk Psiko pada Usia Lanjut
e.Peranan Perawat dalam Perawatan Pasien Usia Lanjut
f.Tindakan Perawatan
BAB II
PERAWATAN PASIEN USIA LANJUT DENGAN GANGGUAN MENTAL
A.PENGERTIAN
Pengertian Gerontologi dan Geriatri sering dicamapuradukkan. Ada perbedaan antara keduanya.
Gerontologi : Ilmu yang mempelajari proses menjadi tuanya penduduk.
Geriatri : Bagian medik dari gerontologi. Geriatri adalah bagian dari ilmu kedokteran yang mempelajari tentang pencegahan penyakit dan kekurangan pada usia lanjut a.l dengan pemeriksaan, perawatan, after care dari usia lanjut yang sakit yang keadaan kesehatannya terutama dipengaruhi oleh proses ketuaannya.
Proses atau keadaan menjadi tua. senescence. erupakan fenomena perkebangan menusia yang alamiah, dimana secara berangsur-angsur terjadi kemunduran dari kapasitas mental, berkurangnya minat sosial dan menurunnya aktivitas fisik. Serupa dengan masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, menjadi tua adalah hal yang normal yang disertai pula dengan problema yang khusus pula. Tekanan hidup yang beraneka ragam yang terdapat dalam masyarakat ikut membentuk keadaan yang istimewa atau khusus ini pada usia lanjut.
Apa usia lanjut itu ? kapan dan pada usia berapa seseorang disebut tua atau lanjut usia ? Sukar menjawabnya dengan tepat, karena perjalanan menjadi tua sanagt berbeda pada tiap individu; pada satu individu proses menjadi tua pada organ tubuhpun tidak sama terjadinya, sehingga adakalanya orang masih muda, tapi tanda-tanda tuanya tampak jelas padanya. Sebaliknya orang yang sudah mencapai umur 80 tahun adakalanya masih menunjukkan vitalitas seperti orang muda. Pada seseorang jantungnya lebih dahulu mengalami kerewelan, yang lain ginjalnya, yang lain otaknya dan sebagainya. Maka dapatlah dikatakan umur kronologik tidak identik dengan umur biologik, hanya kadang-kadang keduanya tampak bersamaan. Belum ada umur yang pasti dalam penetapan usia lanjut karena umumnya banyak pendapat bahwa proses manua adalah satu proses fisiologik yang berlangsung perlahan-lahan dan efeknya berlainan pada tiap individu, sehingga sukar ditetapkan batas yang pasti untuk geriatri. Untuk Indonesia secara umum setiap orang dari enam puluh tahun ke atas dianggap lanjut usia ( Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa di Indonesia, Edisi I, 1973 ).
Usia lanjut ditandai dengan adanya perubahan fisik dan perubahan mental.
Perubahan fisik yang konsisten dengan usia lanjut a.l. adalah :
1.Pendengaran berkurang sampai terjadi tuli,
2.Penglihatan menjadi kabur karena pembentukan katarak,
3.Gigi satu persatu tanggal,
4.Kulit tampak berkeriput karena tidak elastis lagi dan kering,
5.Sendi-sendi sudah kurang fleksibel dan kaku, terjadi perubahan osteoartririk,
6.Otot-otot mengendor dan melemah,
7.Daya pengecapan dan penciuman berkurang,
8.Seringkali ada tremor,
9.Perubahan fungsi organ internal, misalnya penyakit jantung, hipertensi atau diabetes.
Perubahan mental menyangkut bidang inteligensi ( intelek ) dan emosi berbeda pada masing-masing individu.
Bidang intelek :
1.Sering lupa tentang peristiwa yang baru saja terjadi,
2.Tidak dapat berfikir cepat dan terang,
3.Daya konsentrasi menurun,
4.Disorientasi tepat, waktu dan orang ( tidak dapat mengenal yang dekat dengannya ).
5.Daya menimbang dan nilai ( judgement ) menurun.
Bidang emosi :
1.Cenderung untuk menyendiri, sifat gotong-royong menurun; tiap orang sibuk dengan urusannya sendiri,
2.Pesimistik, takut sakit, ada pikiran bahwa setiap permulaan penyakit merupakan awal dari suatu akhir, melankolik,
3.Kaku, terikat dengan tata cara lama, menolak ide baru, tidak mudah menyesuaikan diri dengan perubahan dalam hidup rutinnya; kepala batu, tidak mau mendengarkan kata orang lain; suka menentang,
4.Mempunyai sifat seperti anak kecil,
5.Mudah iri hati, mudah curiga, mudah merasa diliwati, mudah tersinggng, merasa cemas yang berlebihan, mudah timbul kemarahan dan pertengkaran, bermusuhan terhadap orang lain, seringkali keluarga dekat,
6.Kadang-kadang keinginan erotik datang kebali, kadang-kadang berusaha untuk mengadakan hubungan seks dengan anak muda; ini merupakan usaha-usaha untuk meyakinkan diri tentang kemampuannya,
7.Tidak berbicara dengan suara keras dan kalau tertawa tidak terbahak-bahak.
Semua perubahan tersebut di atas adalah normal dan terjadi karena bertabahnya usia disertai dengan kemunduran jasmani, sensabilitas dan energi.
B.BENTUK PSIKOSA PADA USIA LANJUT
Tidak ada satu bentuk yang dikatakan khas, karena ada bentuk yang bervariasi dalam gejala. Perlu diingat jika seseorang menjadi tua dan menderita gangguan jiwa maka ia akan membawa dalam penyakit tersebut semua sifat waktu silamnya yang terlihat lebih menonjol.
Pada orang usia lanjut perubahan patologik yang bersifat permanen dengan disertai memburuknya kondisi badan disebut "senil'' atau yang sudah amat kita kenal yaitu "demensia senilis". Seseorang yang menderita demensia mengalami kemunduran fungsi mental yang ireversibel dan progresif, terutama daya ingat dan inteligesia akibat kerusakan jaringan otak. Pada permulaan pasien akan kehilanagan daya ingat mengenai peristiwa yang baru saja terjadi, misalnya ia lupa apakah ia sudah makan atau belum. Kemudian setelah agak lama peristiwa lamapun dilupakan juga.
Ada dua macam keadaan senil :
1.Demensia senilis : demensia ini terjadi sesudah umur 60 tahun dengan kelainan otak pada atrofi oleh karena proses tua.
2.Demensia Prasenilis : demensia ini terjadi sebelum umur 60 tahun akibat atrofit jaringan otak, baik menyeluruh maupun sebagaian. Keadaan ini mencakup penyakit Alzheimer, Pick dan Jakob Greutzfeldt.
Kecuali ini dikenal pula paranoia involutif, depresi dan keadaan delirium, seperti maniakal dan paranoia. kadang-kadang juga terdapat suatu kelainan psikosa organik, ialah gangguan jiwa yang disebabkan oleh faktor kelainan jasmaniah yang mempengaruhi fungsi susunan saraf / otak. Hal ini biasanya bersifat sementara karena disebabkan dehidrasi, uremia, gangguan peredaran darah dengan atau tanpa gangguan pembuluh darah otak ( Renjatan pasca rudapaksa otak dan tuor otak ).
BAB III
PEMBAHASAN
A.PERANAN PERAWAT DALAM PERAWATAN PASIEN USIA LANJUT
Dengan makin bertambahnya orang berusia di atas 60 tahun di masyarakat karena meningkatnya keadaan kesehatan masyarakat, maka masyarakat dihadapkan pada hal yang membingungkan dalam merawat orang berusia lanjut dalam jumlah yang besar sewaktu mereka menderita gangguan jiwa.
Perawat harus ikut bertanggung jawab dalam merawat pasien usia lanjut agar mereka dapat menjadi orang yang bahagia, sehat jasmani dan dapat bekerja sedapat mungkin serta selama mungkin dalam batas-batas kemampuan mereka secara kontruktif. Perawat hendaknya mampu mangadakan hubungan antar pribadi yang memuaskan dengan pasien. Mereka membutuhkan toleransi dan keramah-tamahan. Perawat hendak mampu untuk mempermudah penyesuaian diri mereka di bangsal.
Prinsip perawatan pasien usia lanjut adalah membahagiakan mereka dan menyembuhkan mereka. Perawat yang hanya memerintah saja tidak cocok untuk bekerja di ruangan ini. Sebaiknya perawat yang bekerja di sana ramah, suka melucu, dapat menstimulir pasien dalam aktivitas dan dapat membantu memecahkan problemnya di samping selalu mempunyai waktu untuk pasien. Terlalu memanjakan hanya membuat pasien bergantung pada perawat dan bersifat kekanak-kanakan. Perawat harus hormat pada pasien. Perawarat pasien usia lanjut bukan merupakan perawatan yang mudah dan sederhana. Untuk ini dituntut kecermatan, ketelitian dan disiplin dengan keadaan usia lanjut.
Perawat yang berhasil merawat pasien usia lanjut, tidak diragukan mempunyai kepribadian yang positif, minat yang tulus, kasih sayang terhadap sesama, sabar, bijaksana, ramah dan simpatik
Ia harus mendapatkan kepuasan pribadi dengan menyadari bahwa ia telah membantu memberikan kebahagiaan pada pasiennya tanpa perlu elihat kemajuan yang besar yang didapatkan dari peningkatan keadaan pasien
B.PERAWATAN INSTITUSIONAL BAGI PASIEN USIA LANJUT
Orang usia lanjut sangat mudah menjadi bingung karena perubahan yang terjadi dilingkungannya dan karenanya ia akan merasa lebih bahagia, mudah diurus dan disorientasinya akan berkurang jika ia tetap dapat ditempatkan problema tingkah laku yang demikian sulitnya, sehinga ia mungkin dapat menjadi kecewa dalam satu suasana yang tidak aman seperti di rumahnya sendiri. Mungkin perlu untuk menempatkan mereka dalam satu lembaga dimana mereka diberikan pelayanan perawatan yang lebih teliti dan lebih diperhatikan dari pada di rumah. Sayangnya dalam beberapa keadaan satu-satunya lembaga bagi pasien yang demikian adalah rumah sakit jiwa, walaupun biasanya ini bukan merupakan tempat yang ideal bagi pasien usia lanjut dengan gangguan jiwa.
Lingkungan yang Aman
Perencanaan yang matang diperlukan untuk mendirikan satu bangsal yang aman bagi pasien usia lanjut yang penglihatannya mungkin sudah kabur, keseimbangannya terganggu, dan langkahnya pun sudah tidak pasti.
Hal yang perlu diperhatikan :
1.Lantai tidak boleh licin,
2.Keset atau permadani atau tikar kecil jangan dipakai karena pasien akan mudah tersandung dan jatuh,
3.Kursi goyang tidak boleh disediakan karena jika pasien duduk di kursi demikian ia akan mudah terjungkir dan jatuh,
4.Pegangan ( handralis ) di dinding di kamar mandi dan di kakus perlu disediakan,
5.Sebaiknya kakus disediakan di dalam ruangan karena pasien usia lanjut biasanya lebih sering ke kakus, ruangan kakus hendaknya lapang sehingga kursi roda dapat masuk dan mengingat persendian pasien sudah kaku dan duduk berdiri memerlukan tenaga, sebaiknya kakus berupa kloset,
6.Tempat tidur harus rendah sehingga pasien mudah naik turun,
7.Kursi roda disediakan,
8.Lingkungan pasien harus menyenangkan, hangat seperti situasi dirumah; ada hiasan dalam ruangan dan dinding. Banyak pasien senang akan gerakan yang tenang diseitarnya, misalnya ikan dalam aquarium. Sangat ideal jika di sekeliling bangsal ada tanaman dengan bangku, di mana pasien dapat duduk santai melihat-lihat bunga pada hari yang cerah. Sebagian pasien tidak mengenal waktu, terutama karena mereka tidak dapat melihat jam, maka sebaiknya disediakan beberapa buah jam.
Tindakan Perawatan
1.Komunikasi
Tujuan perawatan pasien usia lanjut ialah untuk mengusahakan agar mereka bahagia dan produktif selama mungkin.Tugas pertama adalah mengusahakan agar mereka senang dan bahagia.Termasuk dalam hal ini antara lain menolong mereka merasakan disayangi, dikasihi, dicintai, diingini dan berguna. Perawat dapat menolong mereka merasakan bahwa mereka diingini ialah dengan memberikan mereka perhatian dan pujian. Perawat juga dapat mengusahakan agar keluarga pasien sering datang berkunjung dan membawa oleh-oleh. Perawat dapat mencarikan teman sebaya bagi mereka dan mengorganisir perkumpulan dan pertemuan. Perawat dapat memberikan rasa aman bagi pasien, misalnya dengan mengatakan bahwa ia dapat tidur di tepat tidur yang tetap, dapat memakai kursi, meja dan tempat lain diruangan itu sehari-hari. Perawat dapat mengorganisir aktivitas di ruangan sesuai dengan kesenangan pasien. Pasien dapat ditolong merasakan bahwa ia berguna dengan memberikan semangat untuk mengurus dirinya dan barang-barangnya asal tidak bertentangan dengan pengobatan dan kemampuannya.
Terimalah mereka sebagaimana adanya mudah tersinggung, lamban, pelupa, jangan ia ditolak dengan tingkah laku nonverbal walaupun secara verbal ia diterima. Setiap komunikasi akan dipengaruhi oleh gejala yang diperlihatkan dan akan berbeda pada pasien dengan gejala paranoid dan pasien yang kebingungan, tetapi biasanya mudah didekati dan udah berhubungan dengannya.
2.Perawatan Fisik
a.Makan dan Minum
Makanan harus sederhana, mudah dicerna, lunak, bergizi, dan dihidangkan dalam porsi kecil yang menarik. Porsi makan siang dapat lebih besar. Jika tidak disarankan dokter, pasien tidak perlu banyak makan daging, tapi memerlukan lebih banyak susu dan sayur-sayuran. Mereka memerlukan waktu yang lebih lama untuk makan. Mengingat indera pengecap mereka sudah berkurang, berikan kesempatan pada mereka untuk memilih makanannya sendiri jika mungkin.
Sebagai perawat menganggap adalah tanggung jawabnya untuk menyuapi pasien apabila mereka melihat cara makan pasien yang lambat. Usahakan sedapat mungkin agar pasien makan sendiri. Jika perawat menyuapi pasien unutk menjaga agar pasien bersih dan menghemat waktu, maka ia telah membuat satu kesalahan besar, karena dengan jalan ini ia telah menambah kemunduran pasien dan membuatnya bergantung pada perawat. Usahakan agar pasien sedapat mungkin melakukan apa yang dapat ia lakukan sendiri dalam batas-batas kemampuan fisik dan jiwanya. Dan penting sekali memelihara gigi dan gigi palsu mereka.
b.Tidur
Pasien mungkin susah tidur, sedangkan ia perlu istirahat. Ia harus aktif dan tidak tidur pada siang hari agar dapat tidur pada malam hari.
Pemberian susu panas, penggarukan dipunggung dan duduk dekat pasien akan menenangkan pasien serta membuatnya merasa aman untuk tidur. Kadang-kadang pasien takut tidur, karena takut tidak akan bangun lagi besoknya. Dengan duduk di sampingnya, berbicara dan memperlihatkan minat padanya akan dapat menolongnyaa. Hindarkan agar pasien tidak selalu berbaring di tempat tidur karena dapat mengakibatkan :
1.Osteoporosis dan akhirnya dapat menimbulkan batu ginjal dan batu kandung kemih. Keluhan pada osteoporosis umumnya sakit di punggung; rasa sakit di punggung ini menyebabkan pasien berbaring terus.
2.Spitsvoet : spitsvoet terjadi akibat sendi pergelangan kaki tidak dilatih, hal ini dapat dihindarkan dengan melatih jalan, menggerakkan persendian tersebut.
3.Kontraktur lutut dan kontraktur pinggul; lutut menjadi kaku, terutama apabila dipergunakan bantal untuk menunjang lutut.
Kontraktur pinggul terjadi karena sikap setengah duduk. Hal ini baru akan diketahui kalau pasien disuruh jalan, ternyata paien tidak dapat lagi berdiri tegak. Apabila pasien harus berbaring terus di tempat tidur, maka kontraktur ini dapat dicegah dengan melatih pasien secara teratur tidur di perutnya ( telungkap ).
Kekakuan sendi lain juga dapat terjadi apabila pasien menggunakannya atau melatihnya.
4.Atrofi otot
Pada pasien yang berbaring terus dapat mempercepat atrofi otot dan merasa sangat lelah. Tanpa latihan khusus akan sangat sukar mengaktifkan pasien kembali dan pasien cenderung berbaring terus.
5.Gangguan peredaran darah
Peredaran darah menjadi lambat dan akhirnya dapat menimbulkan trombosis dan emboli.
6.Gangguan saluran pernapasan
Pasien yang lama berbaring terus di tempat tidur mudah terserang bronchitis, bronchopneumoni dan hipostatik pneumoni.
7.Gangguan saluran pencernaan
Nafsu makan berkurang, dapat terjadi obstipasi. Juga dapat mengakibatkan inkontinensia alvi dan ileus.
8.Gangguan jiwa dapat terjadi karena terbatasnya lingkungan akibat harus tinggal di tempat tidur. Akibatnya secara perlahan-lahan pasien menarik diri ke masa bayi dan disorientasi. Dan kadang-kadang disertai dengan main faeces. Apabila pasien dilatih dan diaktifkan kembali, dapat dilihat bahwa kepribadiannya dapat sebagian atau seluruhnya kembali.
Jika pasien harus tinggal di tempat tidur, perawat harus membantu mendudukkan pasien beberapa kali sehari di tempat tidur dan pasien disuruh bernapas dalam. Latihan ini membantu melancarkan peredaran darah dan merangsang pernapasan.
c.Kulit
Inkontinensia berbahaya bagi kulit pasien usia lanjut yang sudah keriput, kering dan kurang elastik. Kulit pasien mudah lecet kena sabun, karena itu pasien jangan dimandikan terlalu sering tapi harus dibersihkan dengan lotion kapanpun diperlukan. Setiap lecet bagaimanapun kecilnya harus segera dirawat karena sirkulasi yang jelek.
d.Penampilan
Penglihatan yang menjadi kabur dan kemunduran motorik dapat menyebabkan pasien sukar untuk berpakaian rapi. Ia mungin bingung dan memerlukan lebih banyak waktu serta tidak dapat memutuskan pakaian apa yang harus dipakai. Ia mungkin menolak untuk menukar pakaiannya dan mendesak untuk tetap memakai pakaian yang sama setiap hari. Perlu kesabaran dan berikan dorongan ( encouragement ) agar pasien mau selalu berpakaian bersih rapi. Juga harus diperhatikan agar pasien tidak kedinginan; jika cuaca dingin mungkin pasien memerlukan pakaian ekstra untuk menjaga agar ia tetap hangat.
3.Perlindungan
Pasien perlu dilindungi dari dirinya sendiri. Pasien mungkin bingung ( confused ), sering keluyuran dan dapat tersesat, mungkin sedang merokok tertidur, atau dapat jatuh tersandung karena benda kecil yang tidak terlihat olehnya, maka diperlukan perlindungan dan observasi yang terus menerus. Ia mungkin mencuri barang pasien lain, kadang-kadang agresif sehingga pasien lain perlu dilindungi. Walaupun wahamnya sudah menetap, perawat harus selalu memberi orientasi. Jika ilusinya membuatnya tidak dapat tidur, mungkin lampu yang diredupkan dapat membantu. Ciptakanlah lingkungan yang aman bagi pasien.
4.Terapi Okupasi
Terapi ini mungkin merupakan usaha yang paling menolong untuk memberikan pasien perasaan bahwa ia berguna. Terapi harus disesuaikan dengan minat, kemampuan dan kesehatan pasien. Banyak pasien usia lanjut cakap mengerjakan pekerjaan tangan dengan latihan kembali dan yang mungkin akan membuktikan bahwa ia masih produktif. Harus diusahakan agar pasien aktif, karena dengan aktifitas diharapkan pasien akan mendapatkan kepuasan psikis dan kepuasan melakukan sesuatu. kepada pasien disarankan pelbagai latihan yang cocok baik untuk penyakitnya maupun untuk peningkatan suasana terapeutik. Sebanyak mungkin pasien harus dapat memilih apa yang dapat dan ingin dilakukannya. Membantu mencarikan kesibukan yang cocok baginya akan merupakan satu tantangan pada fantasi dan daya kreasi perawat. Dengan menanyakan pada pasien maupun pada keluarga tentang kesibukan dan hobi masa silamnya, seringkali kita dapat mengetahui apa yang terbaik dapat dilakukan. Pasien harus mendapat manfaat dan belajar melihat akibat apa yang dilakukan dan diprestasikan. Dengan melihat prestasi yang dihasilkan dan penghargaan yang diperoleh dari lingkungan, maka pasien memperoleh kembali harga dirinya. Untuk hal ini harus selalu diciptakan hubungan yang baik dalam tim psikiatrik. Terapi gerak, terapi sosial yang ditujukan baik sebagai kerja atau kreativitas harus diciptakan dengan cara yang bervariasi. Semua ini bertujuan agar pasien yang diserahkan pada kita tetap sehat dan tetap berminat untuk melakukan sesuatu. Secara teratur hendaknya diadakan diskusi kelompok, pertemuan bangsal. ini akan meningkatkan hubungan dan akan didapatkan integrasi yang lebih baik, dan sebagai akibatnya timbul reaksi normal. Memperkembangkan satu hubungan pribadi antar sesama pasien adalah lebih penting dari apa yang dapat dihasilkan. Prosuksi tidak penting dalam hal ini, mereka mempunyai waktu untuk mencoba melakukan sesuatu sebaik mungin atau seindah mungkin.
Keinginan dan kebutuhan yang tertanam dalam hati pasien untuk menolong melakukan sesuatu pada sesuatu pada umumnya kurang dimengerti dan kurang dimanfaatkan. Sebagian dari mereka mungkin senang menolong menyiapkan teh atau kopi, mengangkat mangkok sesudah dipakai dan bahkan membantu mencucinya. Yang lainnya mungkin senang membantu melap meja, menyapu atau mungkin senang bekerja di kebun atau mengurus bunga. Macam-macam pekerjaan ini mungkin memang tidak dikerjakan dengan baik, tapi bukankah ada perawat disana untuk menolong mereka. Dan yang terutama berilah mereka waktu, jangan terlalu cepat diambil alih. Dalam prinsipnya setiap pasien yang ada di ruangan itu harus ikut serta dalam aktivitas di ruangan. Jika kita ingin terapi ini berfungsi sebagai terapi, memerlukan petugas yang cukup dan berminat.
Beberapa pasien cenderung meninggalkan kesibukan mereka, yang lainya sangat dement dan ada pula yang duduk terbenam dalam kursinya. Untuk mencegah ini perawat harus berusaha untuk betul-betul menyesuaikan diri dan mempunyai wibawa dalam kelompok itu. Jika pasien bekerja dalam kelompok kecil diperlukan seorang perawat. Tujuan terapi ini tercapai jika semua pasien sibuk melakukan sesuatu, sehingga tidak seorangpun yang duduk termangu-mangu atau tertidur. Bercakap-cakap dengan seorang teman yang duduk di sebelahnya, membaca koran, jalan-jalan, mengabil atau membawa sesuatu sudah membuat pasien sibuk dan merupakan sebagian dari terapi ini. Menerima tamu merupakan juga satu kegiatan yang penting. Hendaknya selalu diusahakan variasi dari waktunya lebih lama dari kesibukan lainnya. Sedapat mungkin setiap hari pasien dibawa jala-jalan, sedikitnya jalan-jalan di gang.
Aktivitas rekreasi penting agar pasien merasa senang, tetapi kegiatannya harus diseleksi, sesuai dengan usia dan kemampuannya.
Agar pasien dapat bergerak lebih baik dari biasanya diperlukan senam khusus. Untuk ini diperlukan kriteria yang ditentukan oleh dokter, fisioterapis dan guru sena.
Senam khusus orang usia lanjut sedapat mungkin dilakukan di ruangannya sendiri. karena usia, perlu diperhitungkan syarat-syarat yang dapat dipertaggungjawabkan. Dokter menentukan apakah pasien dapat ikut serta dengan senam itu. Lantai ruangan dijaga agar jangan licin karena pasien mudah jatuh. Senam dapat didahului dengan jalan-jalan selama lima menit dengan berpegangan di kursi. Jangan mencoba untuk memperbaiki gerak dari sendi yang sudah kaku dan lumpuh. Ini adalah bagian dokter dan fisioterapis.
Hendaknya diciptakan satu suasana di mana pasien dihargai sebagai manusia dan sedapat mungkin kebutuhan spesifik mereka dapat diberikan. Satu ligkungan yang menyenangkan, pergaulan yang cocok baginya, waktu yang cukup untuk melakukan aktivitasnya, tidak kesepian, sikap perawat yang penuh pengertian dan cinta kasih akan membuat pasien merasa bahagia.
Demensia pada usia lanjut selalu ada. Apabila kita berurusan dengan satu demensia usia lanjut, yang jelas, kita harus menyadari bahwa tidak seluruh kepribadian itu yang sakit dan terganggu. Dalam hal ini kita harus mencari bagian yang masih utuh. Apabila hal ini kita abaikan maka kemundurannya akan berlanjut, pasti akan bertambah parah dan terjadilah kemunduran fisik dan mental yang cepat.
Perawatan usia lanjut dengan gangguan psikotik harus ditanggulangi sesuai dengan keadaan psikotiknya ( Lihat Bab VII tentang Perawatan Pasien Dalam Keadaan Khusus ).
Prinsip Perawatan Pasien Usia Lanjut
a.Menciptakan lingkungan yang aman, hangat dan penuh kasih sayang ( t.l.c. = tender loving care ).
b.Jangan memaksakan ide dan pola perilaku baru pada pasien.
c.Mengusahakan pasien merasa senang dan bahagia
d.Mengusahakan kesehatan fisik pasien.
e.Mengusahakan agar pasien dapat mengurus dirinya sendiri.
f.Mengajak pasien untuk ikut serta secara aktif dalam terapi okupasi dan kegiatan lain.
g.Merencanakan perawatan setiap pasien menurut kebutuhannya.
h.Menolong pasien agar ia dapat merasakan bahwa ia dibutuhkan dan berguna.
i.Perawat harus mengetahui bahwa terapi pasien usia lanjut tidak saja ditujukan untuk memperpanjang umur, tapi juga unutk meneruskan satu kehidupan yang bahagia.
DAFTAR PUTAKA
Pedoman Perawatan Psikiatrik. Derektorak kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan Ri, 1983.
Komentar :
Posting Komentar